9 Pertanda Bahwa Suatu Video Game Bakalan Gagal Sebelum Rilis
Memilih game memang bukanlah sesuatu hal yang sulit di masa sekarang, sudah banyak media untuk mencari informasi tentang game tersebut. Namun sering kali kemudahan itu justru dimanfaatkan oleh para produser game untuk melakukan marketing semaksimal mungkin tanpa mempedulikan kualitas/ hasil akhir gamenya nanti. Kali ini Gamebrott akan ngasih 9 pertanda bahwa game itu bakalan gagal sebelum dirilis.
Daftar isi
1. Menebar Janji Palsu
Janji… oh janji, hanya berakhir menjadi janji. Janji sebenarnya memiliki tujuan baik dimana kita bisa membayangkan mengenai apa saja isi gamenya nanti dan juga tujuan game kedepan, namun janji yang berlebihan bahkan sampai tidak masuk diakal perlu kita waspadai. Terkadang pembuat video game justru malah menggunakan janji dalam rangka membentuk hype agar video game miliknya nanti laku.
Sehingga tak jarang dengan tujuan marketing, janji yang mereka tebar terdengar sangat berlebihan dan juga tak sedikit juga yang bisa dibilang berbohong. Kita masih ingat bagaimana janji yang dibuat oleh No Man Sky tentang bagaimana gamenya nanti, seperti janji mereka menjanjikan elemen competitive namun pada kenyataannya bahkan untuk bertemu saja baru di implementasikan setahun yang lalu dan itupun masih sangat basic.
2. Trailer/Promosi Gila-gilaan
Trailer pada game memang menjadi senjata paling ampuh untuk membentuk hype agar para pemainnya bisa mendapat gambaran bagaimana gamennya nanti. Namun dalam industri game sekarang, tak jarang mereka malah membuat sebuah trailer yang tidak berisikan gameplay sama sekali. Anggaran mereka dianggarkan kearah marketing yang gila-gilaan, menjadi sebuah senjata yang akan senantiasa dimakan para penggemarnya secara mentah-mentah.
Kita ambil contoh Ubisoft, konsep prank yang dilakukan Ubisoft dalam mempromosikan Watch Dog juga dirasa terlalu berlebihan, dana marketing sebesar itu mungkin lebih baik dihabiskan untuk pengembangan game.
3. Review Jelek
Hal paling mudah untuk menilai suatu game tentu dengan melihat review terhadap game tersebut. Banyak game yang mendapat review copy sehingga banyak reviewer ternama bisa mencoba game tersebut terlebih dahulu. Sehingga sebelum masuk waktu perilisan game tersebut kita sudah bisa menilai bagus atau tidaknya game itu berdasarkan review yang ada.
4. Harga Cepat Turun/ Langsung Diskonan Dalam Waktu Pendek
Bagi kalian gamer yang memiliki keuangan yan pas-pasan, tentu akan berpikir berpuluh-puluh kali untuk membeli game tersebut saat day one. Menunggu harga turun menjadi jalan keluar kalian sambil melihat perkembangan game tersebut.
Namun bagaimana jika game yang sudah kalian tunggu-tunggu ternyata baru minggu pertama atau baru beberapa bulan sudah mendapatkan diskon yang janggal. Kita bisa ibaratkan sebuah barang, apabila barang tersebut baru saja rilis, dan mendapatkan potongan harga yang sangat cepat, sudah pasti ada yang aneh dengan barang tersebut.
5. Developers Aslinya Berganti
Feel yang kita rasa ketika memainkan sebuah game bagus pasti akan selalu membekas di pikiran kita. Saat kita menemukan game favorit kita mendapatkan sebuah sequel, tentu kita mengharapkan standar yang sama dengan pendahulunya. Namun perbedaan developer dengan pre-quelnya menjadi sebuah kendala, entah karena permasalahan apa pergantian developer ini justru malah merusak game ini.
Kasus ini terjadi pada Metal Gear Survive dan juga pada Harvestmoon, dimana pada Harvestmoon Back To Nature, kalian menghadapi perbadaan yang sangat signifikan dibanding gamennya sekarang, karena dahulu Marvelous Inc bisa dikatakan menjadi yang paling berperan dalam penciptaan game ini. Namun karena merek dagang Harvest Moon sekarang dipegang oleh Natsume sehingga Marvelous terpaksa menciptakan Story of Season.
6. Masukin Quote Banyak Tanpa Skor
Trailer pada game yang dihadirkan ketika sudah mendekati tanggal perilisan atau saat perilisan, bisa menjadi indikator kuat bagus atau tidaknya game tersebut. Terdapat banyak faktor yang bisa kita perhatikan terutama pada kutipan review. Banyak pengembang game yang sedikit mamasukan skor review pada trailer gamenya atau bahkan tidak menggunakan skor review sama sekali, malahan mereka mengkutip beberapa potong kata dari sebuah review tanpa memperhatikan konteks sebelumnya.
7. Menahan Review Menggunakan Review Embargo
Bagi kalian yang sedikit asing dengan istilah Review Embargo, menurut Ben Kuchera dari Polygon, “Embargo adalah perjanjian antara press dan juga publisher mengenai kapan pemberitaan atau segala hal yang mengcover game bisa dirilis di publik dengan imbal balik early copy game tersebut”.
Tujuan Review Embargo sendiri bertujuan baik, yaitu agar para reviewer tidak berbondong-bondong mengeluarkan review setengah matang dan merugikan konsumen, karena konsumen sering memilih review berdasarkan yang tercepat. Namun beberapa publisher menyalahgunakan hal ini untuk menahan review buruk, agar para konsumen tetap melakukan pre-order terhadap game miliknya. Kasus ini sempat populer pada game Assasins Creed Unity dimana mereka menerapkan Review Embargo, bahkan sampai 12 jam setelah game miliknya dirilis.
Hal ini dirasa sangat anti-konsumen dan juga tidak etis, banyak yang kecewa dengan Ubisoft atas langkah ini. Banyak publisher lain berdalih untuk menjaga game dari Spoiler dikarenakan beberapa game story heavy sangat berimbas terhadap sebuah spoiler. Namun perjanjian antara reviewer dan juga Publisher mengenai Spoiler bisa dibicarakan lebih detail bukan malah menggunakan Review Embargo untuk menutup mulut dan juga suara press.
8. Developtment Game Yang Sangat Dikebut
Developtment secara maksimal terhadap suatu game menjadi suatu elemen penting, namun label korporasi dan kepentingan-kepentingan publisher kadang menghancurkan esensi pengembangan terhadap suatu game. Kita bisa ambil contoh kongkrit Asassins Creed, bagaimana siklus stabil perilisan sempat menjadi langkah skak mat bagi franchisenya. Dahulu Assasins Creed menjadi salah satu Franchise yang merilis gamenya secara rutin setiap tahun, namun pada Asassins Creed Unity sepertinya mereka melakukan developtment secara terburu-buru.
Meskipun Grafik dan juga suasana kota yang sangat indah dan juga penuh dengan banyak elemen, namun bug dan juga performance issues yang dialami Assassins Creed Unity, membuatnya menjadi bahan lawakan di jagat dunia maya. Proses developtment yang terburu-buru, deadline yang harus dikejar benar-benar cukup berimbas buruk terhadap franchisenya.
Bahkan pada perilisan Assasins Creed berikutnya yaitu Asassins Creed Syndicate, para fanse sempat khawatir dan akhirnya menurunkan salesnya. Akhirnya hal tersebut yang memutuskan Ubisoft menghiatuskan franchise tersebut untuk sementara waktu dan merilis Assasinss Creed Origins menjadi sebuah comeback.
9. Ngumumin Season Pass Beserta DLC Padahal Gamenya Belum Rilis Full
Inilah dunia yang sedang kita tinggali, dimana sebuah konten game tidak akan dirlis secara penuh melainkan akan dibentuk sebuah sistem DLC. Sebenarnya sistem DLC sendiri itu sah-sah saja bagi para publisher/developer game. Namun yang terlihat sangat money oriented dan tidak etis adalah ketika mereka sudah mengumumkan DLC atau Expansion atau Season Pass miliknya bahkan sebelum gamenya genap dirilis.
Kasus yang cukup mencengangkan adalah ketika ARK dalam masa Early Access dan tiba-tiba merilis DLC berbayar, bukannya fokus dengan optimisasi game miliknya atau fokus agar gamenya segera keluar dari early access, doi malah merilis sebuah DLC berbayar. Pendapat dari berbagai kalangan mulai membanjiri, ARK mengajarkan bagaimana menjadi sebuah Early Access yang “Benar”. Battlefield 4 juga tidak mau ketinggalan dimana gamenya masih banyak sekali bug dan juga sangat memiliki banyak masalah, mereka malah menaruh budget mereka untuk me-marketingkan season pass mereka.
Kita sebagai konsumen harus lebih jeli membeli sebuah game ini adalah tips-tips dari kita supaya kalian gak terjebak nostalgia penyesalan.