Cara PB IKASI Siapkan Atlet untuk SEA Games Thailand 2025
Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) telah menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Anggar 2023 yang berlangsung di Pusdik Adhyaksa Jakarta Timur, 20-21 Desember 2023.
Kejurnas yang diikuti 98 fencer (sebutan atlet anggar) dari beberapa daerah ini dijadikan sebagai ajang Seleksi Atlet Nasional (Seleknas) menuju SEA Games 2025 Thailand.
Tampil sebagai juara umum, Tim Anggar Jawa Timur dengan mengoleksi 5 medali emas, 4 perak, dan 1 perunggu. Posisi runner-up ditempati Tim Anggar DKI Jakarta dengan mengoleksi 5 emas, 3 perak, dan 6 perunggu. Sumatera Selatan (Sumsel) berada di peringkat ketiga dengan 1 emas, 3 perak, dan 4 perunggu.
“Di Kejurnas Anggar 2023 ini banyak muncul fencer potensial. Dan, PB IKASI akan melakukan rapat untuk menetapkan nama-nama mereka yang akan mengikuti pelatnas SEA Games 2025 Thailand yang akan dimulai Januari 2024,” kata Wakil Ketua Umum PB IKASI, Firtian Judiswandarta, dalam keterangan pers.
“Perlu dicatat bahwa pelatnas anggar akan menggunakan sistem promosi dan degradasi sehingga bisa menghasilkan fencer terbaik yang akan mewakili Indonesia untuk menghadapi persaingan ketat di ajang SEA Games 2025 Thailand,” tambahnya.
Baca juga: PB IKASI Gelar Kualifikasi PON 2024 |
Menurut Judi, panggilan akrabnya, event kejurnas kali ini berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya. Para peserta hanya dibebankan biaya keberangkatan tanpa biaya uang pendaftaran, akomodasi untuk makanan dan penginapan.
“Peserta hanya dibebankan tiket. Semua gratis dari mulai uang pendaftaran, penginapan dan biaya makan. PB IKASI juga menyediakan uang pembinaan bagi para juara,” tegasnya.
Selain menjalankan pelatnas anggar sejak dini, Judis menyebut, PB IKASI akan memperbaiki tata kelola organisasi, salah satunya adalah mendaftarkan seluruh fencer dan wasit/juri Indonesia agar memiliki lisensi Federasi Anggar Internasional (FIE).
Dengan lisensi FIE tersebut, jelas Judis, akan mempermudah PB IKASI mendaftarkan fencer dan wasit/juri di Kejuaraan International. Karena, lisensi itu syarat utama bisa mengikuti Kejuaraan International.
“Seluruh fencer dan wasit Indonesia harus memiliki lisensi sesuai ketentuan FIE untuk bisa tampil di ajang event internasional. Selama ini fencer Indonesia banyak yang terkena denda sebesar 150 Euro di event internasional padahal untuk mendapatkan lisensi hanya dikenakan biaya 25 Euro per tahun,” ujarnya.
Lebih jauh Judis juga mengungkapkan adanya teguran kepada PB IKASI terkait pemblokiran yang dilakukan FIE terhadap 2 juri Indonesia yang memimpin Kejuaraan Dunia (World Cup) di Hongkong dan Thailand karena masa berlaku lisensinya sudah habis.
“World Cup Hong Kong dan Thailand berpotensi tidak legitimate dan FIE tidak bisa mevalidasi Kejuaraan tersebut karena dipimpin juri yang lisensinya sudah mati. Hal ini tidak hanya menjadi kerugian organisasi tetapi kerugian mereka juga. Saya harap hal ini tidak terulang kembali. Dan kenapa mereka diblokir? Karena mereka melakukan perpanjangan tidak melalui jalur yang benar, bahkan ada indikasi pemalsuan kewenangan organisasi yang sah sebagai anggota FIE,” tandasnya.